September 25, 2008

D-Day: Behind The Scene

The Misinterpreters D-Day, 1944

Inti dari cerita The Misinterpreters, D-Day, 1944 menggambarkan keberhasilan intelijen pasukan Sekutu dengan operasi pengelabuan terbesar sepanjang sejarah untuk mendukung rencana pendaratan tentara Sekutu di Normandia. Operasi pengelabuan ini bertujuan membuat bingung intelijen Jerman dengan membanjiri mereka dengan banyaknya informasi yang sebagian besar menyesatkan untuk mengalihkan perhatian pasukan Jerman dari wilayah Normandia tempat pendaratan tentara Sekutu dan menyebarkan kekuatan pasukan Jerman ke beberapa negara Eropa.

Cerita diawali dari informasi penting yang diterima Kolonel Baron Alexis von Roenne, Komandan FHW (Divisi Angkatan Darat Jerman di Eropa Barat) mengenai rencana kedatangan Jenderal Eisenhower ke Inggris. Informasi itu sendiri sebenarnya datang dari Agen Tate yang sebenarnya merupakan agen ganda MI5. Pasukan Sekutu sendiri sebenarnya telah merencanakan tahun 1944 sebagai tahun Second Front untuk membebaskan kawasan Eropa Barat dari tangan Jerman. Operasi untuk membebaskan Eropa Barat ini dinamakan Operasi Overlord dengan serangan pertama dilaksanakan melalui pendaratan di Normandia atau D-Day.

Baik Jenderal Gerd von Rundstedt maupun Jenderal Erwin Rommel, dua pimpinan Wehrmacht (nama angkatan perang Jerman) sebenarnya telah menyadari bahaya invasi pasukan Sekutu ke Eropa Barat. Hanya saja yang menjadi pertanyaan mereka adalah dimana pasukan Sekutu akan menyerang, sehingga intelijen Jerman pun harus mencari informasi untuk menjawab beberapa pertanyaan intelijen: Akankah pasukan Sekutu menyerang? Jika benar, Dimana? Kapan? dan Bagaimana dengan Kekuatannya?

Untuk mengantisipasi pergerakan dinas intelijen Jerman sekaligus mendukung Operasi Overlord, pasukan Sekutu membentuk sebuah kelompok unik, the Allied Deception Staff dengan nama samaran the London Controlling Section (LCS) yang dipimpin Kolonel John Bevan. Tujuan dari organisasi ini adalah untuk mengelabui dan membingungkan the German High Command dan Adolf Hitler sendiri, untuk mendukung pergerakan pasukan Sekutu menjelang D-Day. Dengan mengetahui sistem intelijen Jerman, LSC memberi dinas intelijen Jerman banyak sekali data atau informasi yang sebagian besar merupakan tipuan, rekayasa dan menyesatkan.

LCS mempunyai jaringan yang sangat kuat dan dipercaya oleh Komandan Sekutu dan Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris. Kepercayaan ini sangat penting karena LCS dengan efektif mampu mengkoordinasi dan mengarahkan usaha intelijen Sekutu dan dinas keamanannya untuk menyerang sistem peringatan dan indikator bahaya yang dimiliki Jerman.

Operasi pengelabuan yang dilakukan LCS dilakukan dengan nama samaran Bodyguard. Dua tujuan utama dari Bodguard: Pertama, memperlemah pasukan Jerman dengan membuat Hitler menyebar tentara dan pasukan pentingnya ke seluruh Eropa, dari Norwegia sampai Balkan ; Kedua, menunda reaksi Jerman selama mungkin terhadap serangan pasukan Sekutu dengan meyakinkan ahli strategi Jerman bahwa pendaratan pertama di Normandia hanyalah gerakan pura-pura.

LCS menggunakan semua saluran intelijen untuk untuk memasok intelijen Jerman sebanyak mungkin informasi berharga yang mereka inginkan, dari human intelligence (humint), signal intelligence (sigint) dan imagery intelligence (imint).

Dengan humint, LCS menggunakan strategi penggunaan agen ganda dari Double Cross Commitee, sebuah jaringan agen ganda milik MI5 (dinas intelijen Inggris) yang dipimpin Sir John Masterman. LCS juga menggunakan para jenderal dari pihak Jerman untuk lebih meyakinkan informasi mereka kepada intelijen Jerman, termasuk melalui Laksamana Wilhelm Canaris yang merupakan pimpinan Abwehr, biro intelijen militer Jerman.

Dengan sigint, LCS menggunakan Ultra, operasi pemecahan dan pembajakan Enigma, sebuah kode pesan rahasia yang dimiliki Jerman. Ultra dapat menangkap Enigma sebelum sampai ke tangan Jerman dan kemudian mengubahnya menjadi informasi yang mengubah penilaian Jerman mengenai D-Day.

Dari Operasi Fortitude North, LCS merekayasa keberadaan British 4th Army pimpinan Letjen Sir Andrew Thorne di Skotlandia dengan mengirimkan sinyal-sinyal transmisi palsu mengenai kesibukan pasukan tersebut melalui radio untuk ditangkap Y Service, dinas intelijen sinyal milik Abwehr. Tujuan dari operasi ini adalah untuk mengalihkan konsentrasi pasukan Jerman ke Skandinavia karena kekhawatiran serangan pasukan Sekutu dari arah Skotlandia.

Dengan imint, LCS menyiapkan bahan fotografi bagi intelijen Jerman berupa depot minyak palsu beserta pipa dan gudang tank di Dover, wilayah tenggara Inggris untuk menggambarkan kegiatan dan pergerakan pasukan Sekutu di wilayah tersebut. Informasi ini juga didukung oleh sigint melalui informasi agen gandanya.

Dengan humint, sigint dan imint, LCS juga berhasil meyakinkan Jerman mengenai keberadaan Jenderal George Patton dengan pasukan First United States Army Group (FUSAG) yang diskenariokan akan bergerak dari wilayah tenggara Inggris menuju Pas de Calais. Tujuan dari operasi ini untuk mengalihkan kekuatan pasukan tank panser Jerman ke arah Pas de Calais.

Di pihak Jerman, informasi-informasi yang menyesatkan ini justru digunakan oleh von Roenne sebagai alat untuk bersaing dengan orang-orang the Sicherheits Dienst atau SD, sebuah dinas keamanan milik Partai Nazi, dalam usaha berebut pengaruh di the Reich Security and Intelligence Service, badan intelijen baru gabungan SD dan Abwehr yang dipimpin Jenderal Walter Schellenberg. Dalam prakteknya, The Amt Mil atau seksi militer dari organisasi intelijen baru tersebut, masih berada di bawah kendali militer.

Von Roenne mengeluarkan ORBAT atau FHW Assessment of The Enemy’s Order of Battle, sebuah analisis dan penilaian intelijen yang dibuat von Roenne mengenai rencana invansi pasukan Sekutu. Analisis dan penafsiran FHW ini diterima Hitler dan dikirim ke semua markas Wehrmacht di Eropa Barat. Von Roenne bahkan kemudian memberikan sebuah rekomendasi bagi operasional militer yang seharusnya tidak dimasukkan dalam sebuah penilaian intelijen.

Akhirnya Jenderal Wilhelm Canaris dan Kolonel Baron Alexis von Roenne dihukum mati oleh Hitler karena kesalahan-kesalahannya. Kesalahan pengkhianatan dan kesalahan terlalu percaya diri kepada sistem yang dimiliki yang bisa mengalahkan keraguannya sendiri serta lupa akan sebuah kebutuhan analisis kritis terhadap data atau informasi intelijen. Keberhasilan pendaratan Normandia bagi Kolonel John Bevan dan LSC merupakan sebuah kesuksesan dari operasi pengelabuan terbesar sepanjang sejarah sebaliknya bagi Canaris dan von Roenne menjadi sebuah bencana besar bagi intelijen Jerman.


Kenapa pihak Sekutu bisa berhasil dalam D-Day, 1944 ? Ada beberapa faktor:

1. Sekutu menggunakan hampir seluruh saluran intelijen untuk mencari informasi sistem dan metode intelijen Jerman sekaligus memasok dan menyediakan informasi yang sangat banyak (sebagian besar menyesatkan) kepada Jerman sehingga menimbulkan kebingungan intelijen Jerman menganalisa informasi dalam situasi “noise” atau overload information.

- Humint dilakukan dengan strategi penggunaan agen ganda untuk mencari informasi sekaligus memasok informasi-informasi palsu kepada Jerman. Agen ganda ini terdiri dari agen-agen MI5 dan para jenderal Jerman yang membelot ke pasukan Sekutu.

- Sigint dilakukan dengan Ultra untuk memecahkan dan membajak kode pesan rahasia Jerman yang disebut Enigma. Ultra dapat menangkap Enigma sebelum sampai ke tangan Jerman dan kemudian mengubahnya menjadi informasi yang mengubah penilaian Jerman mengenai D-Day.

- Imint dilakukan dengan operasi pengintaian udara di Skandinavia sekaligus menyiapkan bahan fotografi bagi intelijen Jerman diantaranya depot minyak palsu beserta pipa dan gudang tank di wilayah tenggara Inggris untuk menggambarkan kegiatan dan pergerakan pasukan Sekutu (sebenarnya pura-pura) di wilayah itu.

2. Keberhasilan Sekutu melakukan Counter Intelligence dengan mampu mengidentifikasi agen-agen intelijen Jerman (Abwehr) yang berada di wilayah Inggris Raya dan kemudian mengendalikan mereka untuk mendapatkan informasi lebih dalam mengenai sistem intelijen Jerman sekaligus mengirimkan pesan-pesan menyesatkan kepada intelijen Jerman.


Kenapa pihak Jerman gagal mengantisipasi D-Day, 1944? Ada beberapa faktor:

1. Terlalu percaya diri karena pengalaman kemenangan perang di Dieppe 1944.

2. Interpretasi subyektif, Jerman salah menafsirkan sinyal transmisi yang diterima sebagai pergerakan British 4th Army di Skotlandia. Jerman juga salah menafsirkan fotografi depot minyak, pipa dan gudang tank sebagai kegiatan dan pergerakan pasukan FUSAG di tenggara Inggris menuju Pas de Calais.

3. Intelijen Jerman terlalu fokus pada pertanyaan “Will Allies invade? If so, when, where and in what strenght?”. Mereka mengabaikan penilaian dasar intelijen saat menerima informasi “Is it true? Is it credible? Is it confirmed by other sources?”

4. Bias cognitif, tindakan yang dilakukan Kolonel Baron Alexis von Roenne untuk bersaing dengan anggota SD berakibat fatal. Informasi menyesatkan dari Sekutu dijadikan dasar penilaian intelijennya untuk mendapatkan perhatian Adolf Hitler.

5. Konservatisme, intelijen Jerman menolak informasi pendaratan Normandia sebagai penyerangan Sekutu yang sebenarnya karena masih mempercayai informasi sebelumnya bahwa invansi Sekutu sebenarnya terjadi di Pas de Calais dan pendaratan Normandia hanyalan gerakan pura-pura pasukan Sekutu.

6. Desepsi lawan, Jerman tertipu oleh serangkaian operasi pengelabuan yang dilakukan Sekutu, seperti the decoy attack dalam kasus British 4th Army di Skotlandia, George Patton dan FUSAG di tenggara Inggris atau kamuflase dalam kasus depot minyak dan garasi tank palsu di Dover, Inggris.

7. Bayangan kaca, asumsi Jerman bahwa pasukan Sekutu pasti akan menyerang pelabuhan Eropa Barat di saat cuaca sedang baik, malam hari dan saat air laut pasang.

8. Konflik internal dan Jerman tidak menduga terjadi pengkhianatan dari pihak sendiri.

No comments: