October 26, 2008

Deception ala Suami Pintar

Deception paling fenomenal yang aku ketahui tentu saja peristiwa pendaratan Normandia saat Word War II atau lebih dikenal dengan sebutan D-Day. Pasukan Sekutu berhasil mengalihkan perhatian Jerman dari Normandia dengan membuat pergerakan tipuan di Southern England sehingga Jerman menafsirkan Sekutu akan menyerang Pas de Calais bukannya Normandia. Dunia mungkin lebih mengenal Jenderal Eisenhower sebagai tokoh sentral kemenangan Sekutu atas Jerman dengan Jenderal Rundstedt atau Erwin Rommelnya. Padahal otak dibalik kemenangan Sekutu adalah Kolonel John Henry Bevan yang memimpin organisasi London Controlling Section atau LCS. Organisasi ini sendiri dibentuk untuk merancang deception operation terhadap Jerman dan gerakan tipuan untuk membentuk opini penyerangan Pas de Calais adalah salah satu dari beberapa operasi pengelabuan yang mereka rancang.

Deception sendiri bisa juga dipakai di kehidupan kita sehari-hari. Istilah simpelnya bohong berlapis-lapis.. kue lapis kali ya.. Contoh sederhananya seperti ini, seorang Suami ingin sekali pergi ke sebuah Club untuk berpesta, tetapi karakter Istri yang alim tidak memungkinkan bagi dia untuk pergi ke Club dengan sepengetahuan Istri, lantas apa yang akan dilakukan si Suami? Langkah sederhananya tentu saja Suami akan langsung pergi ke Club untuk berpesta tanpa sepengetahuan istrinya dan akan berbohong mengapa sampai larut malam dia belum pulang. Skenario selanjutnya si Istri yang alim ini akan cek dan ricek apa yang dikatakan sang Suami, bener nggak nih apa yang dikatakan suamiku? Dan akhirnya kebohongan Suami pun terbongkar.

Jika Suami lebih pintar, kebohongan pergi ke Club ini sudah dipersiapkan jauh-jauh hari dengan rutin berkata bohong untuk mengubah arah pemikiran Istri. Contoh simpelnya, saat ada meeting di kantor sampai larut malam, si Suami justru menginformasikan ke Istri kalau dirinya akan pergi ke Club. Sang Istri tentu akan mengecek keberadaan Suami di Club dan akhirnya diketahui sang Suami tidak pergi ke Club melainkan rapat di kantor. Kebohongan berkata pergi Club ini berkali-kali dilakukan Suami jika ada kepentingan perusahaan yang memaksanya bekerja lembur di kantor. Dan berkali-kali itu pula si Istri menemui kenyataan kalau Suami lembur di kantor. Akhirnya secara psikologis tertanamlah di pikiran Istri jika pergi ke Club itu artinya sang Suami lembur di kantor dan tidak ada lagi keinginan dari Istri yang alim ini untuk melakukan pengecekan. Hal seperti ini biasanya memerlukan kesabaran, tapi kesabaran seperti inilah yang harus dihadapi Sekutu untuk mengelabui Jerman menjelang pendaratan Normandia.

Pada saat yang tepat, Suami kembali berkata dia akan pergi ke Club dan kali ini dia benar-benar mengatakan yang sesungguhnya, mengatakan hal yang benar-benar akan dia lakukan. Sang Istri pun akan tetap tenang berada di rumah menikmati sinetron kesayangannya tanpa pemikiran prasangka dan curiga terhadap istri.

Aku tidak tahu apakah hal ini termasuk jenis reverse psychology karena aku bukan lulusan psikologi. Tapi sepertinya sama, agar pemikiran Istri seperti yang dia inginkan, sang Suami dengan reputasi bohongnya akan berkata jujur agar Istri berasumsi Suami kembali berkata bohong (padahal Suami memang benar-benar berkata jujur).

Apa yang dialami Hitler dan si Istri sebenarnya hampir sama. Dalam berbagai pertempuran menghadapi pasukan Sekutu (sebelum D-Day), Jerman selalu melihat pola yang sama dari pasukan Sekutu yaitu adanya peningkatan aktivitas/gerakan pasukan Sekutu di dekat wilayah akan terjadinya pertempuran. Hasilnya Jerman berhasil mengalahkan pasukan Sekutu dalam pertempuran di Dieppe dan Somme. Secara psikologis peningkatan aktivitas pasukan Sekutu di wilayah Inggris Tenggara pun akhirnya diartikan sebagai rencana penyerangan pasukan Sekutu ke wilayah Pas de Calais yang dikuasai Jerman. Padahal dalam kenyataannya pendaratan besar-besaran sedang dipersiapkan kearah Normandia.

No comments: