November 13, 2009

Pilihan Kontra-terorisme Amerika

Mayoritas elemen dalam strategi kontra terorisme memiliki dua pilihan tujuan yang berbeda, yaitu menghancurkan kelompok teroris beserta kegiatannya; atau mengubah lingkungan secara keseluruhan untuk mengurangi kemarahan kelompok atau mempersulit teroris untuk mendapatkan dana atau merekrut anggota baru. Kedua pendekatan ini baik secara teori dan kenyataannya didukung dalam Strategi Keamanan Nasional yang dibuat Gedung Putih pada tahun 2006. Tetapi dalam prakteknya, dua pendekatan ini justru membingungkan Amerika pada saat dilakukan secara bersamaan. Contohnya saat disatu sisi Amerika menyediakan dukungan finansial, bantuan intelijen dan bantuan lain kepada sekutu Muslimnya dan di sisi lain Amerika mengkampanyekan penyebaran demokrasi ke dunia Muslim. Kebingungan muncul saat pemimpin sekutu Muslimnya ternyata seorang diktator yang sangat dibenci masyarakatnya. Apa yang harus dilakukan Amerika? Haruskah mengganti pemimpin diktator yang justru mendukung kampaye perang anti terorisme? Bila kita melihat kasus Presiden Hosni Mubarak di Mesir bisa dilihat apa yang menjadi pilihan Amerika saat ini.

Lemahnya pendekatan kontra terorisme yang dilakukan Amerika menggambarkan kebingungan mereka tentang bagaimana cara untuk memenangkan perang melawan terorisme, khususnya bagaimana cara untuk menghancurkan al Qaeda dan sekutunya. Hal ini dikarenakan selama ini kajian kotra terorisme hanya membahas kasus-kasus terorisme yang pernah terjadi atau justru menjelaskan kelompok teroris yang berbeda karakternya dengan al Qaeda yang memiliki keunikan tersendiri. Daniel Byman menganalisis dan membandingkan tujuh pilihan stratejik untuk mencari al Qaeda dan para sekutunya, yaitu (1) menghancurkan kelompok teroris secara langsung dengan kekuatan besar; (2) mengandalkan sekutu Amerika untuk menyerang kelompok teroris; (3) melokalisir kelompok teroris untuk membatasi keefektifan gerakan mereka sekaligus membantu fokus aktifitas divisi internal Amerika; (4) memperbaiki pertahanan menghadapi terorisme; (5) mengalihkan target kelompok terorisme dari Amerika ke target yang lain; (6) deligitimasi alasan aksi kelompok terorisme; dan (7) mentransformasi negara tempat teroris berkembang dengan mempromosikan demokrasi. Beberapa pilihan ada yang saling berhubungan tetapi beberapa pilihan ada yang saling berlawanan satu sama lain. Menurut hasil penilaian Byman, pendekatan terbaik adalah bekerja sama dengan sekutu Amerika untuk menghadapi terorisme dengan harapan melokalisir aktifitas teroris dan dalam jangka panjang diharapkan kelemahan-kelemahan teroris akan dapat tereksploitasi.

Strategi menghancurkan al Qaeda secara unilateral
Strategi ini diilhami oleh keberhasilan Turki mengatasi pemberontakan suku Kurdi. Pendukung strategi ini sendiri mengatakan pembunuhan teroris dalam skala besar akan mengurangi jumlah teroris dan membuat takut mereka yang masih bertahan. Strategi ini harus dilakukan secara langsung oleh Amerika karena sekutu diragukan melakukan “pekerjaan kotor” ini untuk kepentingan Amerika.

Tetapi strategi ini kurang tepat jika diterapkan kepada al Qaeda karena kelompok teroris tersebut memiliki sel dan jaringan di banyak negara di dunia. Akibatnya Amerika membutuhkan kehadiran intelijennya dalam jumlah besar di banyak negara karena strategi ini sangat membutuhkan kemampuan intelijen. Sedangkan Amerika sendiri mengalami kesulitan dalam hal sumber daya manusia dan kemampuan bahasa asing. Jika aksi ini dilakukan sendirian maka kegiatan kontra terorisme yang dilakukan Amerika harus dilakukan secara tersembunyi karena akan melanggar hukum negara yang bersangkutan.

Strategi menghancurkan al Qaeda secara multilateral

Strategi diilhami keberhasilan Mesir mengatasi kelompok militan Islam. Tetapi salah satu dari kelompok ini diluar justru bersenyawa dengan al Qaeda dan menjadikan Amerika bukan Mesir sebagai musuh utamanya. Amerika melakukan kerjasama dengan beberapa negara untuk menghadapi gerakan internasional teroris sekaligus sebagai solusi atas kelemahan strategi menghadapi al Qaeda secara unilateral termasuk soal biaya. Kerjasama ini menghasilkan informasi intelijen dari negara yang bersangkutan untuk Amerika yang berguna untuk menghancurkan teroris di beberapa negara sekaligus mencegah teroris masuk ke Amerika.

Tetapi strategi ini juga memiliki kelemahan. Pertama, soal kompetensi karena beberapa sekutu tidak mempunyai kekuatan militer dan teknologi sehebat dan secanggih Amerika. Beberapa anggota dinas rahasia sekutu juga diindikasikan bersimpati kepada kelompok teroris. Kedua, beberapa sekutu ragu-ragu bekerjasama dengan Amerika karena hal tersebut justru menjadikan mereka sebagai target aksi terorisme meskipun dilain pihak justru mempertegas al Qaeda sebagai musuh bersama. Ketiga, kebijakan negara-negara sekutu hanya terdengar di wilayah ibukota dan kota-kota besar dan tidak menjangkau banyak wilayah di negara yang bersangkutan. Keempat, negara-negara sekutu meminta imbal balik sebagai balas jasa atas dukungan mereka kepada Amerika menghadapi teroris.

Strategi melokalisir aktivitas teroris
Strategi containment (melokalisir) didasari kesulitan dalam menemukan teroris atau mengurangi kemampuan kelompok teroris sampai ke kapasitas low-tech attack. Strategi tersebut berasumsi ancaman teroris dapat dikelola dan bahkan bisa dianggap sebagai masalah sepele karena yang namanya terorisme akan tetap terus ada. Containment menjadi strategi kontra terorisme Amerika selama bertahun-tahun dengan hanya menangkap anggota teroris tertentu tanpa keinginan mencari anggota teroris secara keseluruhan. Strategi ini menguntungkan kegiatan kontra terorisme di dalam negeri Amerika karena divisi internal mereka, FBI, bisa fokus kepada aktivitas teroris dalam negeri sehingga kasus terorisme seperti Oklahoma tidak terjadi lagi.

Containment bisa menjadi strategi potensial bagi kemenangan dalam jangka panjang dengan munculnya friksi intenal di tubuh al Qaeda yang akan memecah belah organisasi, menimbulkan pertarungan internal dan bahkan memunculkan kerjasama satu kelompok yang berseteru dengan pihak intelijen. Kondisi ini akan memperlemah kekuatan al Qaeda meskipun tidak dengan pemikiran mereka. Strategi kontra terorisme ini memiliki kelebihan soal penghematan biaya karena kurangnya keterlibatan militer dan intelijen serta mengurangi belanja negara untuk kepentingan pertahanan dalam negeri. Selain itu strategi ini membutuhkan sedikit pengorbanan politik saat menghadapi tuntutan konsesi dari negara-negara sekutu. Satu bukti keberhasilan yang ingin ditonjolkan strategi containment adalah bahwa tidak ada lagi serangan besar teroris di Amerika saat ini meskipun aktivitas terorisme al Qaeda justru menyebar ke beberapa negara lain.

Strategi ini tetap memiliki beberapa kelemahan. Kontra terorisme yang di masa lalu dianggap berhasil terhadap beberapa kelompok teroris di masa kini menunjukkan kelemahannya. Saat ini target utama kelompok teroris tersebut tidak hanya Amerika tetapi juga beberapa negara lainnya. Kemudian dalam kasus al Qaeda, sel dan jaringannya sudah menyebar ke beberapa negara dengan beberapa aksi terorisme. Kelemahan lain muncul karena negara-negara sekutu enggan mendukung strategi lokalisasi teroris dan cenderung memilih menghancurkan sumber ancaman terorisme. Penolakan muncul dari masyarakat domestik yang menjadi korban atau terancam oleh aksi terorisme karena strategi ini adalah antitesis dari strategi ”penghancuran” yang dimata mereka mengurangi kredibilitas pemerintah dan memberi ruang bagi teroris untuk membangun kekuatan.

Strategi Pertahanan
Pertahanan adalah sebuah istilah dalam lingkup luas meliputi keadaan siap siaga darurat, intelijen domestik, pengawasan pertahanan yang lebih baik, inisiatif keamanan pelabuhan dan keadaan lainnya yang diatur untuk mencegah serangan teroris. Strategi ini diilhami keberhasilan Israel dalam menangani ancaman serangan pejuang Palestina ke wilayahnya. Strategi pertahanan diperlukan karena terkadang kegiatan intelijen tidak bisa mencegah terjadinya serangan teroris.

Kelebihan strategi pertahanan dibanding strategi lainnya yaitu karena strategi ini tidak menggantungkan kerjasama dengan para sekutu tetapi justru lebih mengutamakan hubungan dengan para tetangga. Tetapi banyak kelemahan justru muncul. Strategi pertahanan justru menimbulkan banyak pertanyaan mengenai obyek vital mana yang harus diberi perhatian lebih dalam strategi pertahanan. Strategi ini akan memakan banyak biaya dan waktu karena banyaknya obyek yang harus dipertahankan dalam level tinggi serta rumitnya prosedur yang harus dilakukan. Tingginya tingkat pertahanan juga tidak menjamin serangan teroris tidak terjadi karena faktor manusia yang melaksanakan sistem dan inovasi serangan yang dirancang teroris.

Kegiatan intelijen domestik sebagai salah satu bentuk pertahanan justru mengancam kebebasan sipil dan keterbukaan terhadap masyarakat luar. Warganegara Amerika keturunan Arab atau yang beragama Islam kebebasannya terganggu karena kegiatan pengintaian dan pengawasan. Sedangkan banyak terjadi penolakan terhadap pengajuan visa dari negara-negara yang diindikasi memiliki sel dan jaringan al Qaeda, meskipun mereka ingin datang untuk tujuan belajar.

Strategi Mengalihkan Perhatian
Diversion (mengalihkan) dilakukan dengan memainkan konflik di wilayah lain untuk memanasi musuh seperti saat Amerika mengkritik Rusia atas tindakannya di Chechnya, bersimpati terhadap masalah yang dihadapi kaum Muslim di Eropa, prihatin dengan kekerasan India di Kashmir dan tindakan lain yang menunjukkan rasa simpati kepada umat Muslim atas tekanan yang dilakukan pihak lain. Tujuan strategi ini adalah menimbulkan masalah (terorisme) di pihak lain sehingga perhatian terorisme tidak lagi mengarah ke Amerika. Strategi juga pernah dilakukan negara lain. Meskipun demikian strategi ini menjadi tidak logis dimata kaum militan karena dukungan Amerika terhadap pemimpin dictator di beberapa negara Muslim.

Analisis
Jika membaca The Siege of Mecca karya seorang jurnalis Wall Street Journal, kita seperti membaca cerita sejarah yang melatarbelakangi lahirnya al Qaeda dengan Osama bin Ladennya. Persenyawaan Ikhwanul Muslimin dari Mesir dan aliran Wahabi militan yang dibawa Juhaiman terjadi di Arab Saudi. Melahirkan Jamaah Islamiyah dan al Qaeda yang melakukan aksi terorisme melawan Amerika dan sekutunya, termasuk negara-negara Muslim. Semuanya berawal dari perlawanan terhadap kediktatoran di Mesir dan Arab Saudi.

Saya pribadi hanya akan membawa 5 dari 7 pilihan yang disediakan untuk kebijakan kontra terorisme Amerika. Pilihan mengalihkan target kelompok terorisme dari Amerika ke target yang lain saya buang karena merupakan sebuah pilihan yang sangat tidak bijak karena dengan sengaja mengorbankan dan mengalihkan permasalahan ke negara lain dan justru akan semakin memperkuat kelompok terorisme mengingat beberapa negara yang rentan dengan aksi teror tidak mempunyai kekuatan militer dan teknologi sehebat dan secanggih Amerika.

Pilihan mentransformasi negara tempat teroris berkembang dengan mempromosikan demokrasi tidak saya pakai karena justru menunjukkan wajah kemunafikan dan kebancian sikap Amerika soal demokrasi. Selama srategi keamanan nasional Amerika mewujudkan perdagangan bebas dan pasar bebas tercapai (dalam dokumen berjudul The National Security Strategy of the USA tanggal 22 September 2002) dan selama ketahanan atau keamanan energi (minyak dan gas) yang merupakan komponen dasar bagi keamanan nasional masih kuat (Spencer Abraham sebagaimana dikutip Michael T. Klare dalam buku The Dangers and Consequences of America’s Growing Petroleum Dependency), maka omong kosong dengan yang namanya demokrasi. Program deradikalisasi yang dilakukan sendiri oleh negara tempat berkembangnya pemikiran teroris justru bisa menggantikan pilihan ini.

Dari 5 pilihan sisa yang tersedia, pilihan bekerja sama dengan sekutu Amerika untuk menghadapi terorisme dengan harapan menghancurkan teroris di negara yang bersangkutan sekaligus mencegah teroris masuk ke Amerika (containment) menjadi pilihan paling realistis untuk pendekatan kontra terorisme mengingat karakteristik sel dan jaringan al Qaeda yang menyebar ke banyak negara. Pilihan improving defences dan deligitimasi menjadi pilihan berikutnya yang dapat dilakukan bersamaan dengan pilihan terbaik yang telah dipilih. Perbaikan pertahanan tidak dilakukan dengan penambahan biaya yang besar melainkan melalui peningkatan kepedulian dan ketaatan terhadap standar operasi dan prosedur pertahanan.

No comments: